Kamis, 22 Mei 2014

Cerpen Cinta JKT48 Beginner Part 2

Setelah dua minggu berada didalam kelas yang sama dan duduk bersebelahan di satu bangku, tingkah laku mereka berdua mulai berbeda. Mereka mulai menunjukan rasa kepedulian satu sama lain. Teman-teman sekelasnya mengetahui hal itu.
Raka dan Jeje menjadi bahan gosip terbesar di sekolah itu. Banyak yang menggosipkan bahwa mereka berdua berpacaran. Mulai dari anak kelas I, II, dan III.
Kabar itu pun diketahui oleh Orbi. Orbi merasa bahagia karena 
gossip itu. Ia memberi selamat kepada Raka.

    “Mo, selamat! Kamu sudah pacaran sama Jeje 
kan?”
    “Siapa bilang? Jangan asal bicara..”
    “Halah, mengaku sajalah sudah banyak siswa sekolah 
ini yang membicarakan itu..”
    “Apa kamu tahu hal itu benar atau salah?” tanya Raka.
    “Tidak juga.. Tapi mereka semua menggosipkan kalian berdua Bro..”
    “Kalau tidak tahu benar atau salah, jangan jadi sok tahu. Kami berdua hanya teman saja, tidak lebih. Tanya saja 
dia..” ucap Raka sambil melirik ke Jeje.
    “Emm Jeje, apa benar kalian berdua hanya teman?”
    “Iyaa benar. Kami berdua cuman teman.."
    “Tapi suatu saat kalian bisa benar-benar pacaran kan? Hahahaha..”
    Jeje terdiam, begitu juga dengan Raka. Mereka berdua tampak malu.
    “Sudahlah. Kamu keluar sana. Mencampuri urusan orang lain saja, kurang kerjaan..” Raka meminta Orbi untuk keluar.

    Orbi keluar kelas A sambil tertawa keras. Raka dan Jeje masih terdiam kaku di dalam kelas. Mereka tidak tahu apa yang akan mereka lakukan. Mereka menjadi canggung satu sama lain.
    
Bell pulang sekolah berbunyi. Semua siswa pulang kerumah masing-masing. Raka yang tahu bahwa jalan pulang Jeje sama dengannya, mengajak Jeje untuk pulang bersama. Jeje dengan senang hati menerima tawaran itu. Mereka berjalan bersama sepulang sekolah. Tapi..

    "Eh, kamu punya cowok belum sih?" kata Raka.
    "Emmm.. Belum kok. Kenapa?"
    "Mau nggak jadi pacarku?"
    "Emm, aku suka kamu Mo. Tapi aku cuman anggep kamu sebagai sahabat aja nggak lebih. Maaf yaa.." tolak Jeje.
    "Ohh, begitu 
ya. So, selama ini kamu anggep aku sahabat aja? Oke, oke. Nggak papa kok. Hhhihii.." kata Raka dewasa.
    "Sialan. Giliran aku suka cewek malah di tolak. Nasib.." batin Raka.

    Maka mereka berpisah dan ambil jalur pulang yang berbeda, karena gang yang mereka tuju tak sama. Sampai dirumah..

    "Hey broo! Apa kabar?" kata seseorang dari Hp Raka.
    "Apaan sih? Siapa ya? Sok kenal. Nggak ada namanya lagi di hp ku.."
    "Masak 
lupa? Aku Urie! Temen SD dulu. Inget nggak?"
    "Urie? 
Urie and the chipmunks itu? Hhahaha.." ejek Raka.
    "Iyyaa, iya. Giliran yang nggak jelas malah inget. Sial.."
    "Ngapain telpon? Tumben banget?"
    "Hhaha. Aku mau pindah ke sekolah mu bro! Kita satu sekolah lagi nanti.." jelas Urie.
    "Apa? Nggak usah, nggak usah. Cari sekolah lain aja 
sono! Bosen sama muka mu.."
    "Sialan. Dasar nggak berubah. Terserahlah, pokoknya aku pindah kesana. Hhaha. Bye!"

    Telpon pun ditutup oleh Urie. Raut muka Raka menjadi sinis karena ia harus bertemu teman lamanya yang suka mengganggunya itu. Tapi ia tak mau pikir panjang dan menambah beban pikirannya. Hari ini ia di tolak Jeje, dan besuk akan bertemu Urie. Nasibnya seperti suatu kutukan. Ia pun mandi dan tidur untuk melupakan semua itu.

(*)
    Hari baru tiba. Raka bangun dari tidur kesiangan, pukul delapan pagi. Padahal, kemarin ia tidur sejak pukul lima sore. Yah, itulah kebiasaannya.
    "Raka! Mo! Bangun! Telat kamu nanti!" kata Ibunya.
    "Ahh, biar. Aku nggak sekolah hari ini. Males!"
    "Mulai kumat ya penyakit bolosnya? Besuk harus masuk!"
    "Iyaaa!" teriak Raka keras.

    Ia melanjutkan tidurnya, melupakan yang kemarin, dan akan memulai yang baru hari esok. Sementara itu..

    "Perkenalkan, aku murid baru disini. Namaku Urie, salam kenal. Mohon bantuannya ya!" Urie yang tidak lain teman Raka dulu memperkenalkan diri.
    "Urie, kamu duduk di sebelah Jeje. Kebetulan Raka tidak berangkat.." kata Pak guru.
    "Iya Pak.."
    "Sialan tuh anak. Tahu aku sekolah disini, dia malah nggak masuk.." batin Urie.
    Urie lalu sebangku dengan Jeje. Ia sedikit grogi mengetahui kalau Jeje itu gadis yang cantik. Ia ingin memulai pembicaraan, tapi ia bingung.
    "Hey, kenalin aku Jeje.."
    "Ohh, i.. iyaa, aku Urie.." kata Urie grogi.
    "Kamu pindahan dari mana?"
    "Aku dari 
Bandung. Hhehe.."

    Mereka berkenalan. Dan di hari itu, mereka sering mengobrol lalu mereka menjadi sangat akrab.
    Raka sudah seminggu tidak berangkat sekolah. Orbi yang mencoba menemuinya ke rumah, tidak bisa bertemu dengan Raka karena Raka sudah 
lama tidak di rumah. Ibunya juga bingung, kemana perginya anak itu. Maka Orbi pun pergi ke danau yang ada di dekat sekolahnya..

    "Ternyata disini ya? Si anak nakal yang pemalas? Hhaha.."
    "Apaan sih? Nggak jelas. Pergi sana.." kata Raka.
    "Jir! Bukannya disambut sebagai sahabat, malah di usir. Hhaha. Ada masalah ya?"
    "Hmm. Nggak ada sih sebenernya, aku cuman pengin sendirian aja.."
    "Udah seminggu nggak masuk sekolah, pasti ada sesuatu. Si Jeje jadi nggak ada saingannya setelah kamu jarang masuk. Semua pertanyaan dilibas dia, aku cuman kadang aja. Hhaha.."
    "Dasar bodoh. Gitu aja nggak bisa.."
    "Sialan, dibilang bodoh lagi. Eh, ada murid baru bro. Namanya Urie. Lumayan asik sih orangnya. Enak juga kalau di ajak ngobrol.." jelas Orbi.
    "Dia udah masuk sekolah kita? Dia temenku SD kali.."
    "Hah? Ciyuus? Miapah? Enelan? Oong kan?"
    "Jir! Pergi aja sono! Alay! Huss! Huss!"
    "Hhaha. Bercanda kali. Tahu juga kan gimana aku sebenernya? Hhaha.."
    "Cerewet.."
    "Hhhahahaha.."
    Mereka berdua terus mengobrol sampai sore. Mereka sangat dekat walau bertemu dan berteman baru sejak SMP. Namun mereka sangat loyal satu sama lain. Orbi pun juga bisa membujuk Raka untuk pulang ke rumah dan berangkat sekolah lagi..

(*)
    Kamis datang. Raka berangkat sekolah seperti biasa lagi. Tapi masih tetap dengan perasaan 
malas dan pemikiran kapan sekolah yang membosankan ini berakhir. Sesampainya di sekolah, ia bertemu Urie. Dan saat itu, Urie sedang bersama Jeje.

    "Hey Mo!" panggil Urie.
    "Sial. Aku mau menghindar dari bocah itu, tapi malah ketahuan. Sialan." batin Raka.
    "Mo! Sini!" panggil Urie lagi.
    "Iyee, bentar. Cerewet banget.." kata Raka sambil menghampiri Urie.
    "Kamu kenal Raka, Vin?" tanya Jeje.
    "Iya lah. Dia temenku waktu SD dulu.."
    "Ada apa manggil aku? Ada kabar penting nggak?" tanya Raka.
    "Hhaha. Seperti dulu, langsung to 
the point. Nggak ada sih, pengin ketemu aja bro. Long time no see.."
    "Ohh. Pengin ketemu doang? Sekarang udah ketemu kan? Yaudah, aku pergi ke ruang gudang dulu yaa? Bye Vin, Bye Jeje.."
    "Eh, kamu nggak ikut pelajaran lagi?" tanya Jeje.
    "Males ah. Kalau nggak salah fisika kan? Mending tidur dulu buat santai, belajarnya di rumah. Hhaha.." kata Raka sambil lalu.
    "Sial tuh anak. Dari dulu nggak berubah. Tetep aja pemalas. Prihatin aku.." kata Urie.
    "Iya Vin, kadang aku juga bingung. Dia nakal dan pemalas gitu, tapi pinternya dari mana ya? Kamu juga ngerti kan Vin?" terang Jeje.
    "Hhaha. Yaa itulah dia. Pemalas yang konyol. Udah lah, ayo kita masuk kelas. Nanti keburu bell.."

    Urie dan Jeje pun masuk ke kelas. Pelajaran di mulai.
    "Loh, mana Raka? Bapak tadi lihat dia dateng ke sekolah. Sekarang kok nggak ada?" tanya pak guru.
    "Raka nya molor pak, di ruang gudang. Biasalah pak, dia nggak suka fisika.." kata Orbi.
    Semua murid kelas itu pun tertawa dengan setengah tidak kepercayaan.
    "Sudah, jangan tertawa lagi. Bapak mau menemui dia dulu. Jangan bikin gaduh.."
    Pak guru fisika yang terkenal killer itu pun menemui Raka di ruang gudang.
    "Raka, Raka bangun!" bentak pak guru.

    Raka masih tidur dengan pulas di kursi kayu cukup besar yang ada disana. Kepalanya hanya berbantalkan tas, namun tidurnya sangat pulas karena tempat itu memang sejuk dan terawat. Apalagi ruang itu berada di gedung paling belakang sekolah yang sebelahnya adalah danau tempat favoritnya.
    Setelah lama membangunkan Raka, anak itu akhirnya terbangun juga.

    "Eh, bapak.. Hhehe, ada apa pak? Mau ikutan tidur di sini? Silahkan pak. Nanti Raka pindah ke kursi sana. Hhehe.."
    "Bukan! Dasar anak nakal! Sekarang pelajaran bapak, cepat masuk ke kelas!"
    "Iya pak, bentar.."
    "Udah cepat!"

    Raka di bawa ke kelas dengan di jewer telinganya. Sampai kelas ia di tertawakan oleh murid yang lain karena telinganya sangat merah.
    "Sana, cari tempat duduk. Cepat!"
    "Iya pak. Sakit nih kupingku.."
    "Dasar guru botak. Bisanya marahin murid aja. Jir!" batin Raka.

    Ia menghampiri bangku Jeje sambil memegang telinganya dan kadang memejamkan mata karena sakit. Tapi..
    "Heh! Ngapain kamu disini bro? Pindah sono.." kata Raka sambil menunjuk Urie.
    "Hhaha. Selama nggak masuk, aku duduk sini.."
    "Udah pindah sono, cari tempat lain.." perintah Raka.
    "Nggak mau, aku maunya deket Jeje. Hhahaha.."
    "Ohh.. There must be love yee Vin? Dasar bocah.."
    "Raka! Cepat kamu cari bangku! Malah ngobrol nggak jelas.." kata pak guru.
    "Iyaa pak, bentar.."

    Murid kelas itu semuanya tertawa melihat tingkah Raka. Raka cuek saja. Ia melihat bangku-bangku dari depan kelas. Ia melihat bangku di samping Orbi ternyata kosong. Orbi dipindahkan ke kelas A, ia mulanya dari kelas B. Dengan muka sinis, ia pergi dan duduk disana.

    "Hhaha. Kembali lagi bro? Sahabat memang nggak bisa dipisahkan.." kata Orbi.
    "Cerewet. Terpaksa doang.."
    "Ayo kita mulai pelajaran. Kalian siapkan buku.." perintah pak Guru.
    "Bro, mana buku mu? Tas mu juga nggak ada?" tanya Orbi.
    "Oh, iya. Ketinggalan di gudang sana. Sial. Biarlah, males ngambil aku.."
    "Raka! Mana buku kamu!" teriak pak guru.
    "Ketinggalan di gudang pak.."
    "Ambil sana cepat! Apa perlu Bapak jewer lagi kupingmu yang satunya?"
    Hhahaha. Murid tertawa semua.
    "Iya pak, aku ambil.."
    Raka lalu mengambil tasnya. Ia keluar kelas dan pergi ke gudang.

    "Apa aku tidur lagi aja ya? Enak kali ya? Hhaha. Tapi nanti di jewer dan ke BK lagi. Sialan.." batin Raka.
    Sambil berjalan ke gudang, ia berpapasan dengan salah satu murid di siswa itu yang berasal dari kelas lain. Gadis itu menuju ke kamar mandi.

    "Wah, siapa ya dia? Kayaknya kakak kelas deh? Lumayan juga sih. Kok aku baru tahu yaa?" pikir Raka.
    Raka lalu mengikuti gadis itu.

    "Hey, hey, maaf. Boleh kenal nggak? Nama kamu siapa? Murid baru ya?"
    "Boleh, aku Beby. Aku nggak murid baru kok. Aku daftar tahun ini.." kata Beby.
    "Wahh, kok aku baru tahu ya? Hmm.."
    "Yaudah ya, aku mau ke kamar mandi dulu. Udah kebelet nih. Bye!" Beby lalu meninggalkan Raka.
    "Sial. Sebentar banget ngobrolnya. Lumayanlah tapi. Kemana aja ya aku ini? Ternyata banyak gadis yang wow disini.. Hmm. Eh, aku tadi mau kemana ya? Oiya ding, ambil tas. Sial, lupa. Musti cepet nih sebelum pak botak dateng.."
    Ia melanjutkan jalannya sambil tersenyum sendiri..

~ Wait for the next Part ~

0 komentar:

Posting Komentar