Rabu, 02 Juli 2014

Rapor Tim Asia Di Piala Dunia

sia gagal total di Piala Dunia 2014. Ya, pada pesta akbar sepakbola empat tahunan di Brasil tersebut, wakil-wakil Asia menorehkan catatan buruk, dengan gagal mengirimkan wakil ke babak 16 Besar dan bahkan tidak ada yang berhasil meraih satu kemenangan pun!
Empat wakil Asia, yaitu Australia, Jepang, Iran dan Korea Selatan, harus rela memegang status juru kunci di setiap grup mereka. Pencapaian The Socceroos paling buruk bila dilihat dari hasil akhir, karena mereka selalu kalah di tiga laga. Sementara, tiga tim lainnya, hanya sedikit lebih baik, yaitu meraih satu angka dalam tiga lag.a
Bagaimana sebenarnya rapor mereka di Piala Dunia 2014? Berikut Goal Indonesia merangkumnya untuk Anda:
AUSTRALIA (GRUP B)

Australia menjadi wakil Asia yang paling tidak beruntung dalam urusan undian babak grup, mereka tergabung ke dalam grup B yang berisi finalis Piala Dunia 2010, Spanyol dan Belanda, ditambah dengan tim kuda hitam, Cili.

Performa Australia tidak bisa dipandang sebelah mata, mereka mampu tampil kompak dan menyulitkan Cili dan Belanda di dua laga perdana.  Tim Cahill tampil paling mencolok dengan sukses menjaringkan masing-masing satu gol dia dua laga perdana, tetapi dia sendiri tidak bisa menyelamatkan kekalahan setelah mereka tumbang dengan skor 3-1 (vs Cili) dan 3-2 (vs Belanda).

Pujian terhadap performa Australia banyak mengalir terlepas dari kegagalan meraih tiket 16 Besar, terutama kepada Cahill yang mencetak gol voli sensasional ke gawang De Oranje. "Kami sangat diremehkan sebelum turnamen, tetapi sekarang kami mendapatkan banyak respek, secara global, bukan hanya dari Australia," ungkap Cahill.

Namun, sayang, meski performa Socceroos tampak menjanjikan, mereka masih belum bisa lepas dari  
ketergantungan pada sosok Tim Cahill. Hal tersebut terlihat jelas pada laga terakhir ketika menghadapi juara bertahan Spanyol, yang tidak menentukan lagi karena keduanya sudah dipastikan tersingkir. Saat itu, Cahill harus absen karena mengantongi dua kartu kuning pada saat melawan Cili dan Belanda. Hasilnya, skuat asuhan Ange Postocoglou dipaksa bertekuk lutut dengan skor telak 3-0 dan membuat mereka pulang dengan poin nol.

Meski demikian, ada hal positif yang bisa dipetik oleh tim, yaitu performa pemain-pemain muda yang tampak menjanjikan terutama, penyerang Mathew Leckie. Ia menjadi pemain Australia yang paling banyak menciptakan peluang. Dengan berakhirnya era Cahill, pemain-pemain muda seperti Leckie diharapkan lebih matang di turnamen-turnamen berikutnya. Klik di sini untuk pembahasan tentang Tim Cahill dan Mathew Leckie.

Sementara itu, publik Australia sendiri juga tidak terlalu memikirkan tiga kekalahan yang dikoleksi negara mereka di Piala Dunia 2014. Seperti yang dilansir The Australians, masyarakat puas dengan penampilan Socceroos yang atraktif meski menghadapi tim-tim besar di babak grup, dan tentu saja dengan menyimpan harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Rating: 6,5

JEPANG (GRUP C)

Jepang menjadi tim yang paling diharapkan dari wakil-wakil Asia lainnya, selain karena berisi pemain-pemain berkualitas yang berkarir di Eropa seperti Yuto Nagatomo (FC Internazionale), Keisuke Honda (AC Milan) atau Shinji Kagawa (Manchester United), mereka juga tergabung dalam grup yang seimbang, yaitu di grup C bersama Kolombia, Pantai Gading dan Yunani.

Skuat asuhan Alberto Zaccheroni mengawali Piala Dunia 2014 dengan baik, tetapi sayang hanya bertahan selama satu jam. Menghadapi Pantai Gading di laga perdana, mereka mampu unggul terlebih dahulu melalui gol cantik Keisuke Honda, tetapi performa mereka mulai menurun di babak kedua. Pantai Gading pada akhirnya sukses mencetak dua gol untuk membalikkan kedudukan melalui gol Wilfried Bony dan Gervinho.

Pada laga kedua, Jepang tampil mendominasi atas Yunani, dengan menguasai penguasaan bola sebesar 70 persen, namun akhirnya gagal mendulang kemenangan karena laga berakhir dengan skor imbang tanpa gol.

Di laga terakhir, Jepang dituntut meraih kemenangan atas Kolombia, namun kali ini lebih anti klimaks. Meski kembali mendominasi laga dengan penguasaan bola 61 persen, Jepang harus membayar mahal strategi serangan frontal yang membuat serangan balik skuat asuhan Jose Pekerman selalu efektif hingga Kolombi menang telak dengan skor 4-1.

Zaccheroni tampaknya masih belum berani untuk mempercayakan pemain-pemain muda potensial milik Samurai Biru di turnamen ini. Banyak pihak menyayangkan pemain muda berbakat seperti Yoichiro Kakitani dan Hiroshi Kiyotake tidak mendapatkan banyak kesempatan, padahal lini depan tim kurang maksimal, terutama di laga melawan Yunani.

Selain itu, masalah mental juga menjadi sorotan dari pelatih Zaccheroni, setelah melihat bagaimana Jepang selalu dominan namun gagal memenangkan pertandingan. "Kami tidak memiliki cukup kecepatan dalam permainan kami dan para pemain seperti bermain dengan rem," ujar Zac. "Masalahnya mungkin mental. Kami tidak puas dengan performa kami."

Rating: 5,5

IRAN (GRUP F)

Ekspektasi rendah menyertai skuat tim nasional Iran di Piala Dunia 2014 ini, setelah tergabung dalam grup F bersama Argentina, Bosnia-Herzegovina dan juga Nigeria. Namun, mereka justru tampil mengejutkan dan membuat banyak pihak terkesan.

Kesolidan lini belakang mereka langsung tampak di laga perdana ketika menghadapi Nigeria. Skuat asuhan Carlos Queiroz mendapatkan tekanan bertubi-tubi sepanjang pertandingan, namun skuat Elang Super gagal membongkar pertahanan rapat Team Melli dan pada akhirnya laga ini menjadi pertarungan pertama yang berkesudahan tanpa gol dalam turnamen di Brasil.

Hasil serupa nyaris didapatkan lagi oleh Iran ketika menghadapi tim kuat Argentina. Lionel Messi dan kawan-kawan kesulitan meladeni permainan militan yang diperlihatkan oleh Ashkan Dejagah dan lainnya. Bahkan Iran memiliki peluang untuk unggul terlebih dahulu, seandainya tekel Zabaleta kepada Dejagah di kotak penalti tidak diabaikan oleh wasit. Namun, sayang magis Messi akhirnya memaksa Iran bertekuk lutut, bintang Barcelona itu mencetak gol menawan di menit akhir untuk memastikan kemenangan tim Tango.

Di laga terakhir menghadapi wakil Eropa, Bosnia- Herzegovina, Iran seperti kehabisan bensin. Bermain dalam tensi tinggi, tim asuhan Queiroz seakan tak bisa mengimbangi kualitas para penggawa lawannya. Bosnia mampu mencatat keunggulan tiga gol melalui Edin Dzeko, Miralem Pjanic, dan Avdija VrÅ¡ajević . Sementara Iran hanya bisa membalas melalui gol hiburan Reza Ghoochannejhad.

Meski tersingkir, performa Iran di Piala Dunia 2014, terutama ketika menyulitkan Argentina di laga kedua, mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari publik negaranya. 

Seperti yang diketahui, Iran yang dipandang sebelah mata oleh banyak pihak, nyaris mencuri angka atau bahkan berpeluang menang atas Argentina. Meski akhirnya kejeniusan Messi memastikan kemenangan di menit akhir. Oleh karena itu, meski kalah, banyak masyarakat Iran yang turun ke jalan untuk merayakan pertandingan luar biasa yang disajikan oleh pemain-pemain Iran.

Jika pertandingan sepakbola biasanya berakhir dengan satu sisi gembira sementara satu sisi sedih, maka di laga tersebut, kedua pihak bergembira, tersenyum dan merasa bangga.

Rating: 6

KOREA SELATAN (GRUP H)

Seperti Jepang, Korea Selatan juga menjadi andalan Asia di Piala Dunia 2014 ini setelah tergabung dengan grup H bersama Belgia, Aljazair dan Rusia. Kualitas tiap tim yang tidak jauh berbeda, kecuali Belgia, membuat banyak pihak merasa optimistis atas kans Korsel.

Di laga pertama, kekuatan setara sudah tampak ketika Korsel dan Rusia bertemu dan bermain imbang 1-1. Laga berjalan dengan ketat dan saling bertukar serangan, Daeguk Warriors mencuri gol melalui tendangan spekulatif Lee Keun Ho yang disambut dengan blunder kiper Igor Akinfeev, namun Rusia langsung membalas melalui Alexander Kerzhakov beberapa menit kemudian.

Pada pertandingan kedua, Korsel justru tampil sangat buruk pada paruh pertama, skuat asuhan Hong Myung-Bo harus tertinggal 3-0 melalui gol yang dicetak oleh Islam Slimani, Rafik Halliche dan Abdelmoumene Djabou. Di babak kedua, Korsel mulai bangkit dan memberi perlawanan tetapi gol dari Son Heung-Min dan Koo Ja-Cheol gagal menyelamatkan timnya dari kekalahan.

Di partai penentuan, Korsel memiliki kesempatan besar untuk meraih kemenangan setelah Belgia hanya bermain dengan sepuluh orang menyusul kartu merah Steven Defour di menit ke-44. Setelah terus tertekan di paruh pertama, Korsel balik menekan di 45 menit terakhir. Namun justru Belgia yang berhasil mencetak gol kemenangan di menit ke-77, sepakan keras pemain pengganti, Divock Origi, dari luar kotak penalti mampu diblok kiper Korea selatan, namun bola rebound bisa dimanfatakan Vertonghen dari jarak dekat. 

Dengan hasil itu, Korsel menjadi tim Asia terakhir yang memastikan diri angkat koper pada turnamen tahun ini.

Banyaknya pemain muda di tubuh skuat Korsel tampaknya menjadi faktor utama kegagalan skuat asuhan Hong Myung-Bo tahun ini. Seperti yang diketahui, Korsel menjadi tim termuda nomor lima di Piala Dunia 2014, dengan rata-rata umur 26,19. Simak artikel tentang usia rata-rata skuat peserta Piala Dunia di sini!

Namun, meski demikian, Myung-Bo menjaga optimisme tentang peluang timnya di masa depan. "Pemain melakukan yang terbaik. Yang paling mengecewakan adalah diri saya sendiri. Pemain Korea masih muda dan mereka memiliki masa depan cerah, saya harap mereka semakin berkembang. Mereka mendapatkan pengalaman bagus di Piala Dunia ini," ujar sang pelatih kepada SBS.

0 komentar:

Posting Komentar